Jika kamu sudah paham tentang rahasia hakikat, buka surah Nuur:62. Kamu pahami secara hakikat.
Untuk apa bicara dengan "eyang-eyang" bau menyan itu. Lebih hebat bicara dengan Muhammad Saw.
Kalau kenal. Tidak kenal mana bisa bicara.
Kita musti bisa bicara dengan Nabi Muhammad Saw.
Musa a.s. bisa berkata-kata dengan Allah. Mustahil kita umat Rasulullah tidak bisa berkata dengan Muhammad Rasulullah Saw. kapan saja.
Muhammad itu sifatullah; kenyataan yang ada ini. Lakon Muhammad-lah dipercaya. Berhubunganlah dengan yang dipercaya-Nya.
Apa perlunya berhubungan dengan "eyang jengkol-mbah petai"?
Semua sudah diserahkan pada yang dipercaya-Nya, yakni Muhammad Saw. Bukan diserahkan pada makam-makam keramat wali-wali, apalagi makam-makam keramat jin, setan, Iblis yang disebut "eyang jengkol mbah petai".
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan [Rasulullah] sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu [Muhammad] mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Q.S. Nuur:62]
Orang sebenar-benar mukmin jualah yang selalu ingat bahwa al-Quran itu rahmat bagi seluruh alam sehingga segala yang terkandung di dalamnya berlaku sampai yaumil qiyamah. Selama alamin masih ada. Maka orang-orang mukmin yang disebutkan dalam surah Nuur:62 di atas, bukanlah orang-orang yang akan menertawakan Perjumpaan Zahir-Batin dengan Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
-Arifbillah-
No comments:
Post a Comment