Saturday, September 19, 2020

SYARIAT MAKRIFAT HARUS ESA

Apa syariat itu? 

Kenyataan yang di-ada-kan (Allah).

Di mana letak syariat itu?

Pada anggota zahir.

Apa sebab?

Sebab pada anggota zahir inilah berlaku  amar dan nahi, yaitu perintah dan larangan.

Jadi...kalau punya anggota zahir, tetapi tidak mau bersyariat: kafir.  man tarakah shalat fahuwa kafirun.

Tidak senang dikata kafir, silakan mengadu ke mana saja.

Kalau mau tahu ada gerakan anggota badan yang merupakan doa atau ibadah jasadi, itulah gerakan-gerakan di dalam salat. 

 Orang kebatinan mengaku-aku makrifat. Orang syariat menyesatkannya.

Begitu orang tauhid datang menyampaikan sebenar-benar Islam.

Orang kebatinan nanar kalang-kabut cari pembenaran. Orang syariat tetap menyesatkan juga. Duh!

Orang tauhid menghidupkan ketuhanan dalam agama;

orang syariat menghidupkan hukum dalam agama.

orang kebatinan dan kejawen menghidupkan apa dalam agama?

pesantren-pesantren setan yang ajarkan kanuragan menghidupkan apa dalam agama?

Banyak orang pandai dalam masalah pengetahuan, tetapi praktiknya justru melemahkan keimanan umat untuk beriman.

Orang kebatinan banyak mencuri-curi pahaman dan istilah-istilah makrifat dalam agama. Salah satunya dengan menggembar-gemborkan dan membangga-banggakan masalah "pahala sa'atan 70 tahun ibadah" lalu dikatakannya tidak perlu lagi manusia bersyariat. Itu namanya melemahkan orang untuk beriman.

Orang syariat banyak menafikan dalil-dalil jelas tentang tuntutan Allah untuk mengiqra ayat-ayat keesaan. Mereka tidak tahu musti bagaimana menjelaskan ilmu dan praktik pengenalan manusia pada Tuhannya itu, lalu seenaknya pukul rata mengata sesat pada setiap pembahasan tentang Tuhan, ketuhanan, dan kehambaan. Itu juga namanya melemahkan orang untuk beriman.

Padahal cirinya mudah:

Ajaran makrifat yang membunuh syariat dan bercengkerama dengan jin juga dengan segala khasiat kanuragan, itulah yang sesat.

Orang tauhid tidak melemahkan keimanan orang untuk beriman, baik dari sisi syariat maupun dari sisi makrifat. Orang tauhid tidak mendorong manusia agar meninggalkan syariat

Orang tauhid tidak menyarankan orang untuk meraih pahala 70 tahun ibadah dengan meninggalkan kesempatan meraih pahala 1000 tahun ibadah.

Kalau orang kebatinan dan kejawen, untuk keimanan, apa yang dipakai?

Mereka ajarkan sebut "Laa ilaaha illallaah" lalu orang terpelanting. Mereka ajarjan wirid-wirid Qurani lalu bisa kebal ini-itu, bisa untuk pelaris dagang juga bisa untuk asihan: pelet sana-sini. Itu bukan iman ketuhanan juga bukan iman keislaman, itu iman kesetanan!

Allah peringatkan jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka [Q.S. at-Tahrim: 6]. Jadikanlah setan-setan itu musuh kamu yang nyata [Q.S. Fathir: 6].  Juga jangan sekali-kali kamu menjadi golongan yang melemahkan kemauan orang untuk beriman [Q.S. al-Hajj: 51]

Hai orang-orang syariat, sekaranglah waktunya kita menjaga diri dan keluarga kita. Hai orang-orang syariat, kita dalam agama ini harus bersama-sama menghidupkan apa yang ada di dalam agama. Orang tauhid mendukung dan menghidupkan syariat dengan tetap melaksanakan amalah harian bernilai 1000 tahun ibadah serta memperindahnya dengan keesaan pada Allah dengan amalan sa'atan yang bernilai 70 tahun ibadah.

WUDU - RITUAL SEBELUM SALAT:

Dari buku Dari Syariat Menuju Hakikat karya ulama klasik Sayyid Haidar

Amuli diketahui bahwa

syariat wudu ==> membersihkan anggota badan dari hadas kecil

(debu dan noda lain yang menurut syariat tergolong hadas kecil)

hakikat wudu ==> mempersiapkan batin untuk menghadap pada

Allah, yaitu dengan cara menanggalkan sementara segala hal yang

selain Allah. (sederhananya: harta-tahta-wanita <-- bagi pria)

Jadi ada baiknya ketika wudu pemikiran ini dibawa terus. Mudahmudahan

kalau sudah terbiasa, tanpa diingat-ingat lagi juga lahir-batin

kita otomatis dalam keadaan ini. Amin.

TIGA RUKUN DALAM SALAT

yariat mengajarkan bahwa ada tiga rukun sahnya salat, yaitu

rukun fi'li(gerakan), rukun Qauli(bacaan), dan rukun Qalbi(kondisi hati).Untuk dua rukun pertama silakan ikuti petunjuk yang sudah

umum dan sahih.

Adapun hal-hal khusus soal rukun fi'li(pria):

lebar bukaan kaki sejajar dengan lebar bahu. (jangan terlalu rapat

atau terlalu lebar.

ketika takbir, telapak tangan sejajar daun telinga, pangkal lengan

sampai siku sejajar bahu, jadi sunahnya bagian ketiak terbuka

lebar. Demikian juga ketika sujud (kecuali kalau barisan shaf saat

berjamaah tidak memungkinkan melakukan itu)

posisi tangan setelah takbir: tahan tepat di atas pusar (di sinilah

letak pertengahan tubuh manusia. Bukan di atas ulu hati.)

usahakan arah anggota badan selalu dominan ke arah kiblat. Jaga

terus posisi ujung jemari kaki baik ketika berdiri, ruku, maupun

sujud (<-- berarti jemari kaki wajib menekuk waktu sujud). Jaga

juga arah badan ketika tahiyat akhir, jangan melenceng ke kanan.

Walaupun posisi kaki membuat badan kita agak menyerong ke

samping, badan musti tetap tegak dan dominan mengarah kiblat.

Secara umum, usahakan tidak ada gerakan lain di luar gerakan

salat. Kunci tauhid itu diam-sediam-diamnya. Jadi pada saat

tahiyat, sebaiknya jari telunjuk jangan bergerak-gerak juga selain

menunjuk arah kiblat.

Untuk Rukun Qauli tentu anda sudah mengetahui sebagaimana bacaan yang biasa anda baca dalam shalat dari takbir hingga salam.

Hal utama yang menjadi fokus tulisan ini adalah rukun qalbi

Yaitu bagaimana sebaiknya kita memasang pandangan hati ketka salat

dan ketika melakukan ibadah-ibadah syariati lainnya seperti tafakur,

tadarus, zikir, berdoa, dsb.

raian di berikut ini adalah bimbingan rukun qalbi berdasarkan

pelajaran tauhid dari Syaikh Undang Sirad. Kita semua tahu

bahwa ketika salat wajib mengarahkan kiblat hati kita hanya

pada Allah Swt.

Nah, bagaimana caranya?

Hati jangan membayangkan huruf alif-lam-lam-ha, atau membayangkan

"sesuatu yang dalam benak kita mewakili definisi Tuhan" dalam bentuk apapun dalam angan kita.

Mengapa? Karena itu semua pasti salah dan pasti bukan Tuhan! Karena Allah dalam Quran berkali-kali menyatakan bahwa Diri-Nya itu laysa kamitslihi syai'un yang bermakna "tidak sama dengan segala sesuatu, tidak ada seumpamanya".

Jadi mesti bagaimana memasang hati ketika ibadah?

Diam sediam-diamnya. Diamkan pikiran dan perasaan. Bukan difokuskan

(konsentrasi) ke satu hal bukan juga dikosong-kosongkan. Mendiamkan

pikiran dan perasaan berbeda dengan mengosong-kosongkan pikiran.

Mengosongkan pikiran dan perasaan bisa mengundang setan masuk ke

dalam diri. Hati-hati.

Jaga persaksian (musyahadah) jiwa-raga kita pada dua rukun yang ketika melakukannya haram ada selain Allah di pikiran dan perasaan kita. Dua momen penting itu adalah takbiratul ihram (ihram di sini maknanya "suci pikiran dan perasaan dari segala sesuatu selain Allah") dan syahadat dalam tasyahud awal dan akhir (ikrar persaksian, wajib dalam keadaan sadar penuh).

Dikatakan jika kita salat dalam keadaan lalai bermusyahadah di luar dua rukun di atas, salat kita masih diterima dan kelalaian ini masih diampuni Allah. Tapi tidak bernilai sama sekali keseluruhan salat kita jika kita lalai juga dalam dua momen penting di atas. Allahua'lam.

KESIMPULAN

Ketika melakukan salat (dan ibadah apa pun) biasakan seperti ini: 

Badan bergerak, mulut mengucap, hati (pikiran dan perasaan) diam sediamdiamnya: kekal beserta Allah.

Latih dan biasakan juga kondisi seperti itu dalam aktivitas sehari-hari. InsyaAllah selalu ada petunjuk dari Allah Swt.

Apa mungkin melakukan seperti itu? Sangat mungkin! Sobat pasti pernah menyetir sambil melamun atau ngobrol 'kan? Pasti pernah juga menelepon sambil mencatat, dsb. Nah, mengapa tidak mungkin melakukan hal serupa dalam salat. Apalagi ini pikiran dan perasaan disuruh diam.

Memang tidak mudah pada awalnya. Itulah mungkin rahasia di balik perintah salat lima waktu dalam sehari. Bisa karena biasa. Rahasia lain dalam salat. Silakan cocokkan dengan dalil yang Sobat ketahui:

Bahwa kalau kita satu kali saja dalam hidup melakukan salat yang nilainya sempurna di hadapan Allah Swt., maka salat dan ibadah kita lainnya, yang sebelumnya dan yang akan datang, akan dianggap sudah sempurna total. Bisa jadi kelak para malaikat pencatat kaget karena timbangan mizan hasilnya beda dengan catatan amal baik kita yang sudah mereka rekam.

Allahua'lam.

Masalahnya, tak seorang pun akan tahu kapan salatnya bernilai sempurna

'kan?! Hanya Allah yang tahu. Maka jangan coba-coba berhenti salat

karena tadi sudah merasa salat dengan sempurna. hehehe. Maka

usahakan selalu melakukan salat yang berkualitas. Allahua'lam.

-ArifBillah-


No comments:

Post a Comment