Khidmat adalah menyatukan pikiran dan perasaan sehingga pikiran tidak berfungsi; sehingga nafsu tidak berdaya mengganggu pikiran. Kalau sudah bagus diamnya akan timbul tansal dan ketika yang merenyam-renyam hilang, timbul terang seterang-terangnya. Maka tajalli-lah rahasia Allah ke jasad. Satu dengan jasad; meliputi jasad, bercahaya-cahaya bertubuhkan Roh Qudus: rahasianya Allah Ta'ala.
Praktik Diam [Tafakur Hakiki] itu menyatukan ingatan dan perasaan.
Caranya:
Pandang tubuh yang diam itu/tubuh
maharuang/Zahiru Rabbi itu.
Rasakan diamnya tubuh yang di dalam pusat [pusar].
Bukan merasakan diamnya tubuh kamu yang zahir,
melainkan merasakan diamnya tubuh yang di dalam
pusat [sama-tengah hati].
Turunkan perasaanmu di pusat dan pusat jangan
kamu tarik-tarik ke dalam atau ke luar. Turunkan
perasaan ke "pusat diam" di pusat kita. Bukan
menahan napas, melainkan mendiamkan perasaan.
Coba rasakanlah sendiri.
Kalau perasaan sudah diam, bersih pikiran dan
perasaan.
Orang bodoh mau menenangkan pikiran dengan
makan obat penenang. Mendiamkan saja perasaan,
sudah bisa tenang. Untuk apa diubah-ubah dengan
obat-obatan.
Lakukan praktik diam ini.
Sama-tengah hati itu kedudukannya di dalam
pusat. Di sinilah perhimpunan tubuh-hatinyawa-
rahasia. Semua berhimpun pada Roh Qudus.
Jangan lagi dihimpun-himpunkan.
Sudah begitu prosesnya.
Yang tahu hanyalah orang yang sudah ada
pengalaman tajalli. Pengalaman ini guru paling
tinggi tidak dapat dibeli dengan uang. Bagaimana
mau cerita tajalli kalau tidak ada pengalaman proses
tajalli.
Dan sama-tengah hati itu Rahasia Yang Mahakuasa
dan Berkuasa atas semua diri manusia.
Kalau kita tafakur dan semua berhimpun pada samatengah
hati, berproses sendiri. Tidak perlu kamu
menghimpun-himpunkan lagi. Maka berusahalah
dalam tafakur seluruh zahir-batin satu dengan Roh
Qudus. Kita akan mendengar zikir memuji Diri-Nya
sendiri. Dia yang berkata-kata.
Di sini kita dapat pelajaran hakiki: kita bisa dengan
sendirinya. Yang Berkata-kata itu
"wa fii anfusikum afalaa tubsirun".
Sahnya tafakur: Ruh Qudus diam.
Sehingga kita bernyawa dengan hakiki/Nur.
Untuk dapat tajalli, hendaklah perasaan sampai di
pusat. Jangan ditarik-tarik lagi."Orang yang satu ini"
hendaklah dikenal karena ini tajalli Allah.
Jalannya tajalli ada di dalam diam;
diam sediam-diamnya.
Satukan ingatan dan perasaan sehingga Rahasia
Allah yang ada pada jasad bagus kerjanya.
Diamkan suara, tidak ada lagi perkataan pikiran dan
perasaan. Dapatlah mendengar Rahasia yang ada
pada jasad.
Bicara hanya dengan hasil praktik tajalli. Biar dia
ulama sekali pun, jangan bicara soal tajalli kalau
tidak dapat mengajarkan praktik tajalli. Hasil tajalli
dengan bicara saja: tong kosong nyaring bunyinya.
Ingat kata Syaikh Junayd:
"Inni ru'yatullah sitti namara."
Aku melihat Allah 60 kali.
Perhimpunan tafakur itu di sama-tengah hati.
Jangan kamu himpun-himpunkan lagi.
Tafakur itu sa`atan saja. Yang dikatakan sa`atan itu
tidak ada apa-apa lagi.
Turunkan tali jangkar perahumu sampai ke dasar
samudera diam. Turunkan perasaan sampai di
tempat diamnya, yakni di pusat.
Khidmatkan zahir-batinmu dengan tubuh yang diam
itu, yakni tubuh Ruh Qudus. Inilah perasaannya
perasaan; Rahasia Tuhan yang ada di sama-tengah
hatimu, yakni di pusat tubuh ini.
Yang dikata "wa fii anfusikum afalaa tubsirun", Aku
ada di dalam diri kamu, mengapa kamu tidak mau
kenal pada-Ku. Aku inilah tajalli Rahasia Allah.
Banyak-banyak baca Quran. Aku datangkan rahmat-
Ku kepadamu.
"Wafii anfusikum afalaa tubsirun",
Rahasia Tuhanmu ada di sama-tengah hati,
yakni di pusatmu.
Kenalilah tubuh Rahasia Tuhan yang ada di pusatmu.
Ada pada setiap manusia dan berkuasa pada setiap
diri manusia.
Rahasia Tuhan itulah disebut ruh qudus; ruh yang
suci; tubuh Rasulullah; Tubuh Allah Ta`ala.
Dalam tafakur, turunkan perasanmu sampai
diamnya di pusat rasa diam. Tubuh yang diam itu,
sewaktu kamu menarik napas dan sewaktu kamu
menurunkan napas, turunnya kamu ikuti beserta
perasaan sampai sama-tengah hati (pusat).
Tubuh yang di pusat itu bersifat diam. Tidak ada
keluar-masuk napas lagi. Itulah sa`atan. Sesaat yang
setara dengan 70 tahun ibadah.
Yang dikatakan sa`atan itu tidak ada napas turun naik
lagi. Jasmani, ruhani, nurani, dan rahasia sudah
esa dengan ruh qudus. Dan ruh qudus esa dengan
Rabbul Izzati. Selesailah kembali esa.
-Arifbillah-
No comments:
Post a Comment