Saturday, September 19, 2020

TAFAKUR MENUJU TAJALI

Khidmat adalah menyatukan pikiran dan perasaan sehingga pikiran tidak berfungsi; sehingga nafsu tidak berdaya mengganggu pikiran. Kalau sudah bagus diamnya akan timbul tansal dan ketika yang merenyam-renyam hilang, timbul terang seterang-terangnya. Maka tajalli-lah rahasia Allah ke jasad. Satu dengan jasad; meliputi jasad, bercahaya-cahaya bertubuhkan Roh Qudus: rahasianya Allah Ta'ala.

Praktik Diam [Tafakur Hakiki] itu menyatukan ingatan dan perasaan. 

Caranya:

Pandang tubuh yang diam itu/tubuh

maharuang/Zahiru Rabbi itu.

Rasakan diamnya tubuh yang di dalam pusat [pusar].

Bukan merasakan diamnya tubuh kamu yang zahir,

melainkan merasakan diamnya tubuh yang di dalam

pusat [sama-tengah hati].

Turunkan perasaanmu di pusat dan pusat jangan

kamu tarik-tarik ke dalam atau ke luar. Turunkan

perasaan ke "pusat diam" di pusat kita. Bukan

menahan napas, melainkan mendiamkan perasaan.

Coba rasakanlah sendiri.

Kalau perasaan sudah diam, bersih pikiran dan

perasaan.

Orang bodoh mau menenangkan pikiran dengan

makan obat penenang. Mendiamkan saja perasaan,

sudah bisa tenang. Untuk apa diubah-ubah dengan

obat-obatan.

Lakukan praktik diam ini.

Sama-tengah hati itu kedudukannya di dalam

pusat. Di sinilah perhimpunan tubuh-hatinyawa-

rahasia. Semua berhimpun pada Roh Qudus.

Jangan lagi dihimpun-himpunkan.

Sudah begitu prosesnya.

Yang tahu hanyalah orang yang sudah ada

pengalaman tajalli. Pengalaman ini guru paling

tinggi tidak dapat dibeli dengan uang. Bagaimana

mau cerita tajalli kalau tidak ada pengalaman proses

tajalli.

Dan sama-tengah hati itu Rahasia Yang Mahakuasa

dan Berkuasa atas semua diri manusia.

Kalau kita tafakur dan semua berhimpun pada samatengah

hati, berproses sendiri. Tidak perlu kamu

menghimpun-himpunkan lagi. Maka berusahalah

dalam tafakur seluruh zahir-batin satu dengan Roh

Qudus. Kita akan mendengar zikir memuji Diri-Nya

sendiri. Dia yang berkata-kata.

Di sini kita dapat pelajaran hakiki: kita bisa dengan

sendirinya. Yang Berkata-kata itu

"wa fii anfusikum afalaa tubsirun".

Sahnya tafakur: Ruh Qudus diam.

Sehingga kita bernyawa dengan hakiki/Nur.

Untuk dapat tajalli, hendaklah perasaan sampai di

pusat. Jangan ditarik-tarik lagi."Orang yang satu ini"

hendaklah dikenal karena ini tajalli Allah.

Jalannya tajalli ada di dalam diam;

diam sediam-diamnya.

Satukan ingatan dan perasaan sehingga Rahasia

Allah yang ada pada jasad bagus kerjanya.

Diamkan suara, tidak ada lagi perkataan pikiran dan

perasaan. Dapatlah mendengar Rahasia yang ada

pada jasad.

Bicara hanya dengan hasil praktik tajalli. Biar dia

ulama sekali pun, jangan bicara soal tajalli kalau

tidak dapat mengajarkan praktik tajalli. Hasil tajalli

dengan bicara saja: tong kosong nyaring bunyinya.


Ingat kata Syaikh Junayd:

"Inni ru'yatullah sitti namara."

Aku melihat Allah 60 kali.


Perhimpunan tafakur itu di sama-tengah hati.

Jangan kamu himpun-himpunkan lagi.

Tafakur itu sa`atan saja. Yang dikatakan sa`atan itu

tidak ada apa-apa lagi.

Turunkan tali jangkar perahumu sampai ke dasar

samudera diam. Turunkan perasaan sampai di

tempat diamnya, yakni di pusat.

Khidmatkan zahir-batinmu dengan tubuh yang diam

itu, yakni tubuh Ruh Qudus. Inilah perasaannya

perasaan; Rahasia Tuhan yang ada di sama-tengah

hatimu, yakni di pusat tubuh ini.

Yang dikata "wa fii anfusikum afalaa tubsirun", Aku

ada di dalam diri kamu, mengapa kamu tidak mau

kenal pada-Ku. Aku inilah tajalli Rahasia Allah.

Banyak-banyak baca Quran. Aku datangkan rahmat-

Ku kepadamu.

"Wafii anfusikum afalaa tubsirun",

Rahasia Tuhanmu ada di sama-tengah hati,

yakni di pusatmu.

Kenalilah tubuh Rahasia Tuhan yang ada di pusatmu.

Ada pada setiap manusia dan berkuasa pada setiap

diri manusia.

Rahasia Tuhan itulah disebut ruh qudus; ruh yang

suci; tubuh Rasulullah; Tubuh Allah Ta`ala.

Dalam tafakur, turunkan perasanmu sampai

diamnya di pusat rasa diam. Tubuh yang diam itu,

sewaktu kamu menarik napas dan sewaktu kamu

menurunkan napas, turunnya kamu ikuti beserta

perasaan sampai sama-tengah hati (pusat).

Tubuh yang di pusat itu bersifat diam. Tidak ada

keluar-masuk napas lagi. Itulah sa`atan. Sesaat yang

setara dengan 70 tahun ibadah.

Yang dikatakan sa`atan itu tidak ada napas turun naik

lagi. Jasmani, ruhani, nurani, dan rahasia sudah

esa dengan ruh qudus. Dan ruh qudus esa dengan

Rabbul Izzati. Selesailah kembali esa.

-Arifbillah-

No comments:

Post a Comment