Saturday, September 19, 2020

TUBUH DIAM

Tubuh Diam itu Tubuh asli sebelum ada sesuatu. Di dalam Tubuh inilah segala sesuatu mengambil tempat dan dari Tubuh Diam inilah segala suatu di-ada-kan. Tubuh Diam itulah Tubuh Tuhan [Zahiru Rabbi]. Cobalah dirasakan, bertubuh diamlah kita. Kerahasiaan-kerahasiaan Tuhan itu ada di dalam Tubuh Diam. Cara mendapatkannya dengan mendiamkan perasaanmu.

Tubuh Diam itu Tubuh Ahadiyah; Tubuh Husnul Khatimah. Inilah lautan ahadiyah.

Diam itu Tubuh-Nya [Af`al-Nya], yang Kosong itu Sifat-Nya, sedangkan "Allah" itu Asma-Nya. Asma bagi Zat-Nya yang meliputi sekalian alam ini. Diri kita sudah esa dengan Zat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, dan Af`al-Nya. Pandang kebenaran Tuhan itu [Q.S. Al-An`am:104]. Pergunakan tauhid dzukiyah. Tauhid dzukiyah itu tauhid rasa. Pikiran atau akal tidak dapat merasa. Hanya rasa yang dapat merasa. Di dalam batiniyah, Rasa yang dapat Merasa itulah Allah.

Tubuh Diam itu bersifat Kosong. Adapun Kosong itu Sifat, sedangkan "Allah" itu Nama bagi Zat yang Meliputi. Jadi Yang Diam-nya itu Tubuh Tuhan. Kita di dalam Tubuh Diam dan bertubuhkan Diam. Pandang Tubuh Diam dengan rasa, sampai terasa benar bertubuhkan Diam. Hadapi apa saja dengan bertubuh Diam atau dengan bertubuh Tuhan: selamat kamu.

Bagaimana kita mengenal Allah?

Jauh tidak ada antaranya dan dekat tidak bersentuh. Zat dan Sifat terjadi dari cahaya Tuhan dan Tuhan itu bukan alam dan bukan cahaya. Tuhan Mahasuci lebih daripada cahaya-Nya.

Esa Tuhan dan hamba.

Dikatakan apalah itu?

Kalau dikatakan Tuhah, tidak patut; kalau dikatakan hamba, salah: kafir.

Kalau sudah bersatu, Allah namanya. Barulah bersifat ketuhanan.

Tuhan itu penghabisan nama. Yang Bisa Menghidupkan dan Mematikan itu siapa Nama-Nya? Karena tidak ada nama lagi yang bisa disebut, maka dinamailah Tuhan.

Yang kosong bukan alam, kita di dalamnya. Maka bersama Tuhanlah kita ada berada.

Tuhan itu tidak Bergerak dan tidak Diam: Diam sediam-diamnya.

Tuhan tidak Bergerak kemudian Diam; tidak pula Diam kemudian Bergerak. Tuhan Diam sediam-diamnya.

Yang Diam sediam-diamnya itulah Tuhan. Zat-lah yang merasakan ketuhanan. Bukan kita yang mau merasa ketuhanan, melainkan Zat merasakan ketuhanan.

Maka hati kita musti plong: tidak ada keinginan lagi. Bersih dari ananiyah.

 Tubuh Kosong ini Wujud Allah.

Wujud Allah itu Zat-Mutlak, bukan Zat-Sifat.

Inilah Rahasia Tuhan.

Inilah yang dikatakan "al insanu sirrihi wa Ana sirruhu".

"Diri kamu itu Rahasia-Ku dan Rahasia-Ku ini diri kamu juga."

Demikianlah makna perkataan itu. Jadi, dari Rahasia Tuhanlah jadi diri kita ini.

Semakin jelaslah, dari Zat-Mutlak inilah kejadian diri kita. Kalau kita mengaji Kosong ini, tidak akan tergelincir. Orang yang paham soal Kosong ini, bertubuh batulah dia. Artinya, tiada binasa.

Tubuh Kosong inilah Tubuh asli sebelum ada sesuatu.

Tubuh Kosong ini Zat-Mutlak. Zat-Mutlak inilah tubuh Ruh Qudus; Tubuh Rahasia Tuhan yang ada di sama-tengah hatimu. [Q.S. Adz-Dzariat:20-21]

Tubuh yang di sama-tengah hati inilah yang dapat berhubungan dengan Nur secara "laa bi harfin wa laa shautin". Tidak berhuruf; tidak bersuara. Apabila Nur menyahut, akan terasa berbunyi di tenggorokan. Di situlah semakin nikmat kita tidur. Nikmatnya lebih hebat daripada burung dara [lebih nikmat daripada pertemuan lelaki-perempuan].

Dan sekali lagi, Tubuh Kosong ini Zat-Mutlak. Zat-Mutlak inilah jasad Rasulullah Saw. Apabila kita dipandangkan [bukan memandang], apabila kita dipandangkan Tubuh Kosong atau jasad Rasulullah ini, tidak ada yang mampu menahan tangis.

Kita saja ketika belum dipandangkan asyik dengan Tubuh Kosong ini sudah terasa zauqnya. Apalagi bila dipandangkan, baru kita benar-benar merasakan yang disebut "laysa kamitslihi syai`un" itu.

"Man lam ya zauq, lam ya`rif."

Kalau kamu merasa, tahulah kamu.

Rasa itu Rahasia. Rahasia itulah yang melihat.

Siapa Rahasia itu? Ruh Qudus.

Ruh Qudus inilah jasad Rasulullah.

Kalau rindu-rindu terasa, bacalah selawat apa saja.

Karena Tubuh Kosong itu Tubuh Allah Ta'ala.

Inilah suatu karunia yang penuh rahmat bila seseorang dipandangkan Tubuh ini.

Hanya manusia yang diridai Tuhan saja yang dapat dipandangkan Tubuh Allah.

[Ingat, bukan kita memandang, melainkan kita dipandangkan]

Kalau kita dipandangkan Tubuh Kosong, bacalah:

Alhamdulillah `alaa kulli halin wa fii kulli halin wa ni`matin Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

"Mengaji Kosong tidak akan tergelincir."

-Arifbillah-

No comments:

Post a Comment