Saturday, September 19, 2020

CARA MENGIRIM DOA YASIN UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Surat Yasin merupakan salah satu surat yang ada di dalam Al-Qur’an yaitu surat ke-36 dengan jumlah ayat yaitu 83 ayat. Surat Yasin merupakan surat yang dikategorikan dalam surat Makkiyah, yaitu surat yang turunnya di Mekkah. Dari ayat 1 – 21 adalah juz 21 dan ayat 22 – 83 masuk ke juz 22.

Setiap surat dalam Al-Qur’an masing-masing memiliki keutamaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Termasuk juga surat yasin ini, banyak keutamaan, fadhilah, dan hikmah yang ada pada surat ke-36 ini. Oleh karena itu, banyak umat muslim di Indonesia yang rutin untuk membaca surat yasin.

Seperti halnya yang dilakukan oleh umat muslim khususnya warga NU, sudah sejak dari dulu warga NU selalu merutinkan membaca surat yasin di setiap malam jum’at. Tujuannya yaitu untuk mengirim doa dengan membaca surat yasin, dzikir, dan doa khusus. Dengan harapan pahalanya disampaikan kepada orang yang sudah meninggal tersebut.

Selain rutin malam jumat, surat yasin juga sering dibacakan ketika acara tahlilan. Yaitu acara yang dilaksanakan dan diselenggarakan oleh keluarga yang ditinggal. Di dalam acara tahlilan, dibacakan surat yasin, dzikir-dzikir, dan doa khusus. Meskipun ada sebagian ormas Islam yang mengatakan acara ini suatu bid’ah, namun acara ini sampai sekarang masih berjalan seperti dahulu. Tentunya yang mengatakan acara tahlilan merupakan suatu bid’ah mereka memiliki dasar sendiri, dan yang menganggap acara ini bukan suatu bid’ah juga memiliki dasar sendiri.

Namun, jangan menjadikan ini suatu yang bisa membuat kerusakan keharmonisan antara umat islam. Karena banyak yang menganggap masalah perbedaan ini merupakan khilafiyah, jadi jangan sampai dibesar-besarkan, apalagi sampai merusak hubungan antar umat Islam. Baik, kita langsung saja ke tema pembahasan, yaitu tentang cara mengirim doa yasin untuk orang yang sudah meninggal.

Mendoakan orang yang sudah meninggal dengan surat yasin bisa dilakukan ketika tahlilan atau pun setiap malam jum’at. Apa bedanya antara keduanya, tidak ada bedannya. Hanya aja saat tahlilan umumnya dibaca secara berjamaah. Sedangkan, membaca yasin dengan niat mengirim doa untuk orang yang sudah meninggal pada malam jum’at, bisa dibacakan sendiri ketika selesai shalat maghrib.

Dan untuk membacanya sendiri tentu butuh panduan untuk mengetahui cara atau susunannya. Caranya bagaimana? 


Cara mengirim doa yasin untuk orang yang sudah meninggal yaitu:


Membaca Tawasul
Tawasul yaitu berdoa kepada Allah SWT dengan melalui perantara, baik perantara berupa amal baik kita, atau juga melalui perantara orang-orang shaleh yang lebih dekat dengan Allah SWT.

Dalam hal ini tawasul yang dipakai adalah tawasul kepada orang-orang shaleh atau orang yang memiliki kedudukan dekat dengan Allah SWT. Seperti umumnya yang dilakukan umat Islam di Indonesia ketika melakukan acara tahlilan atau mengirim doa yasinan.


Biasanya diawali dengan tawasul kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjut dengan tawasul kepada orang shaleh terkhusus kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani.

Kemudian dengan mendoakan kepada orang yang sudah meninggal. Setiap kali tawasul dibacakan surat Al-Fatihah. 

Berikut adalah contoh tawasul yang sering dipakai oleh umat Islam di Indonesia ketika tahlilan atau yasinan.

Setelah itu bisa ditambahkan dengan membaca “khususan tsuma illarohi… (sebutkan nama orang yang sudah meninggal yang dituju)… Lalu bacakan Al-Fatihah. Atau kalau tidak bacaan yang ketiga di atas, ditambahin seperti dibawah ini.
Membaca Surat Yasin

Setelah bertawasul dan membacakan surat Al-Fatihah kepada orang yang sudah meninggal yang dituju atau yang akan didoakan yasin, langsung dilanjut dengan membaca surat yasin. Baca surat yasin dengan benar dan tartil, perhatikan tajwidnya.


Membaca Surat Al-Ikhlas

Setelah selesai membaca surat yasin yang berjumlah 83 ayat, dilanjut dengan membaca surat Al-Ikhlas. Surat Al-Ikhlas boleh dibaca sebanyak 3x bisa juga 1x. 

Setelah itu dilanjut membaca LAA ILAHA ILALLAHU ALLAHU AKBAR WA LILLAHILHAMDU.


Membaca Surat AL-Falaq

cara mengirim doa yasin untuk orang yang sudah meninggal;
Setelah membaca surat AL-Ikhlas sebanyak 1 atau 3 x, dan kemudian dibaca dengan LAA ILAHA ILALLAHU ALLAHU AKBAR WA LILLAHILHAMDU. Langsung dilanjut dengan membaca surat Al-Falaq 1x. Jika sudah selesai membaca surat Al-Falaq 

kemudian dilanjut lagi dengan membaca kalimat LAA ILAHA ILALLAHU ALLAHU AKBAR WA LILLAHILHAMDU.
Membaca Surat An-Naas

Sama halnya dengan di atas, surat ini dibaca 1 x saja. Baca sampai selesai kemudian dilanjut dengan membaca kalimat LAA ILAHA ILALLAHU ALLAHU AKBAR WA LILLAHILHAMDU.

Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 – 5
Membaca Surat Al-Baqarah Ayat 163
Membaca Surat Al-Baqarah Ayat 255
Membaca Surat Al-Baqarah Ayat 284 – 286
Membaca Surat Al-Ahzab Ayat 33
Membaca Surat Al-Ahzab Ayat 56


Setelah membaca surat Al-Ahzab ayat 56, kemudian dilanjut dengan membaca kalimat berikut ini
“Allahumma shalli afdhlolas sholaatin ‘alaa as’adi makhluuqootika habibillah muhammadin wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallim ‘adada ma’luumaatika wa ghofala andzikrikal ghoo filuuna wa sallim wa radhliyallahu ta’aalaa ‘an saadaatinaa ashhaabi Sayiddina Rasuulillahi ajma’iin.”

Membaca Surat Ali ‘Imran Ayat 73.
Membaca Surat Al-Anfal Ayat 40

Setelah membaca surat Al-Anfal ayat 40 selesai dilanjut dengan membaca “Wa laa haula wa laa quwata illa billahil ‘aliyyil adzhiim.” 

dan dilanjut dengan membaca “Astaghfirullahal ‘adziim” sebanyak 3x. Dilanjut lagi dengan membaca “Afdlaludz dzikri fa’lam annahu laa ilaaha illallah”.
Membaca

''Laa Ilaaha Illallah''
Baca kalimat ini 100x

kemudian dilanjut dengan membaca “Laa ilaa ha illallaahu
muhammadur rasuulullaah
Allahumma shalli ‘alaa muhammadin,
Allahumma shalli ‘ alaihi wa sallim.


Subhaanallaahi wa bi hamdihii Subhaanallaahil ‘Azhiim (3x)


Subhanallah Walhamdulillah Walailahailallahu Wallahuakbar
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Aziimi


Innallaha wa malaikatahu yusholluna ‘alan nabi.


Ya ayyuhalladziina amanu shollu ‘alaihi wa salamu taslima.”


Membaca Surat Al-Fatihah


Itulah cara mengirim doa yasin kepada orang yang sudah meninggal. Mungkin di setiap daerah susunannya bisa berbeda-beda. Mungkin itu saja pembahasan tentang cara mengirim doa yasin kepada orang yang sudah meninggal. Jika ada kekeliruan datangnya dari penulis, dan jika semua kebenaran hanya milik Allah SWT.

SEJARAH TAHLILLAN


HUKUM TAHLILAN
Acara yang namanya tahlilan merupakan sebuah hal yang sudah dimaklumi. Karena mayoritas umat islam di Indonesia melakukan tahlilan setiap ada anggota keluarga muslim yang meninggal. Tahlilan merupakan acara yang dilakukan oleh keluarga yang ditinggal saudaranya karena meniggal dunia.

Secara berkumpul dan bersamaan dari keluarga, sampai tetangga bersama-sama membaca ayat Al Quran, dzikir, dan doa-doa khusus untuk dikirimkan kepada saudara yang sudah meninggal tersebut.

Dari banyaknya bacaan terdapat kalimat tahlil yang dibaca bersama-sama dan diulang-ulang dengan di pimpin oleh salah satu orang yang sudah dipercaya, oleh karena hal ini acara tersebut dikenal dengan istilah Tahlilan.

Umumnya, acara ini dilakukan pada waktu bada’ shalat maghrib atau isya, setelah proses penguburan selesai.

Acara tersebut berlangsung selama tujuh hari setiap waktu tersebut yaitu bada’ maghrib atau bada’ isya. Dan jika sudah tujuh hari, acara tahlilan selesai, dan dilakukan kembali pada hari ke empat puluh.

Setelah itu, dilakukan kembali pada hari ke seratus, dan selanjutnya dilakukan lagi setahun setelah hari meninggal dunianya, sampai terakhir adalah seribu hari setelah meninggal. Namun, bisa saja ada perbedaan di setiap daerah, kalau di jawa tengah sendiri rata-rata dari tujuh hari pertama, empat puluh hari, seratus hari, mendak pisan, mendak pindo, dan ke seribu hari.
Sejarah Tahlilan
hukum tahlilan
hukum tahlilan

Jika dilihat dari sejarah Islam, acara tahlilan ini tidak ada pada zaman Rasulullah SAW, begitu juga pada zaman para sahabat, acara tahlilan tidak ada. Bahkan acara tahlilan ini tidak ada juga pada zaman imam-imam besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ulama-ulama besar di zamannya. Lalu acara tahlilan ini ada pada sejak zaman siapa?

 

Menurut sumber quran dan sunnah, awal mula adanya tahlilan adalah dari upacara adat nenek moyang bangsa Indonesia ini yang dulu mayoritas beragama Hindu dan Budha. Upacara adat pada masa nenek moyang bangsa Indonesia dilakukan untuk penghormatan dan mendoakan orang yang telah meninggal. Dengan masuknya Islam ke Indonesia secara perlahan-lahan dakwah yang dibawa oleh Ulama-ulama seperti Wali Songo, akhirnya banyak umat yang masuk Islam.

Dan acara upacara adat perlahan-lahan berbaur dengan bacaan ayat Al-Qur’an dan dzikir-dzikir serta doa kepada Allah SWT untuk dihadiahkan kepada si mayit. Dari histori ini kita bisa simpulkan bahwa tahlilan mulai ada pada zaman Islam masuk ke Indonesia, dan merupakan adopsi atau pembaruan dengan agama nenek moyang bangsa Indonesia.
Hukum Tahlilan
sejarah tahlilan
hukum tahlilan

Tahlilan adalah acara yang terfokus pada pembacaan ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, lalu disertai doa-doa khusus yang ditujukan untuk dihadiahkan kepada si mayit. Selain itu, jika kita perhatikan tahlilan juga terfokus pada hidangan makanan yang disajikan setiap diadakannya tahlilan. Penyajian hidangan makanan di dalam tahlilan ini sudah menjadi hal yang biasa dan akan terasa ada yang hilang jika tahlilan tanpa ada hidangan makanan.

Pada dasarnya, hal ini merupakan hal yang baik jika dilihat dalih yang diambil yaitu istihsan atau menganggap baik suatu amalan dengan dasar dalil yang bersifat umum. Dalil yang menjadi dasar yaitu dalil dari hadits dan ayat Al-Qur’an yang menganjurkan umat muslim untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa kepada Allah, serta anjuran untuk memuliakan tamu dengan menyajikan hidangan yang bisa menjadi shadaqah.

 

Namun di sisi lain banyak yang bertentangan dengan acara tahlilan. Yaitu bertentangan yang terfokus pada pembacaan ayat Al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan doa yang terdapat pada acara tahlilan.

Pembacaan ayat Al-Qur’an. dzikir, dan doa tidak boleh diatur dengan kehendak tertentu seperti yang ada dalam tahlilan dan tanpa merujuk pada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Menurut sumber qurandansunnah.wordpress.com, rangkaian dan aturan yang ada pada tahlilan tidak ada atau tidak pernah dipraktekan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Dan segala praktek suatu amalan yang dilakukan tanpa merujuk kepada Rasulullah dan para sahabat tidak diperbolehkan di dalam Islam. Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah SAW, yang artinya:

“Tidak ada suatu perkara yang dapat mendekatkan kepada Al jannah (surga) dan menjauhkan dari An Naar (neraka) kecuali telah dijelaskan kepada kalian semuanya”. (H.R. th Thabrani).

 

Hadits di atas menjelaskan tidak ada suatu amalan/perbuatan melainkan semua sudah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini selain hadits yang di atas. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang beramal bukan di atas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak”. (Muttafaqun alaihi, dari lafadz Muslim).

Selain hadits-hadits, terdapat pula pernyataan dari salah satu Imam besar umat Islam yaitu Imam As Syafi’i, Beliau berkata:

“Barang siapa yang menganggap baik suatu amalan (padahal tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW berarti dirinya telah menciptakan hukum syara’/syariat sendiri”.

No comments:

Post a Comment