Allah jadikan sekalian alam karena Muhammad. Kenalilah Muhammad itu. Allah saja dikenal, sedangkan Muhammad disepelekan. Siapa syafa`atul uzma itu di kemudian hari?
Mana awal Muhammad, akhir Muhammad, zahir Muhammad, batin Muhammad?
Mana kejadian zahir dan mana kejadian ruhani, nurani, dan rabbani?
Mana tempat muhaddas dan qadim?
Tempat air pada syariat saja bermacam-macam, gelas, ember, drum, dan lain-lain.
Kalau kamu orang yang tahu, kamu pasti dapat mengembalikan nyawa pada tempatnya. Lihat Al-Waqiah: 82 dan seterusnya kalau mau tahu soal mati husnul khatimah.
"Al insanu sirrihi," pada manusia ada Rahasia-Ku.
Di mana Rahasia Tuhan itu? Pada kita di sama-tengah hati. Adanya yakni di dalam pusat, disebut ruh qudus; tubuh Muhammad Rasulullah; zat mutlak; Rahasia Tuhan.
Ini tubuh tajalli yang bila meliputi jasad, hiduplah orang itu dari alam barzakh sampai yaumil qiyamah karena ruh qudus dengan jasadnya tidak becerai.
Dalam tafakur hendaklah berkhidmat seluruh zahir-batin. Hilang-lenyap satu dengan ruh qudus yang di sama-tengah hatimu. Sah tafakurmu, ruh qudus diam. Bernyawa dengan hakiki, yakni Nur. Hendaklah perasaan sampai pusat diamnya. "Orang yang diam" ini musti dikenal. "Orang" ini tajalli Allah. Bukan Allahnya yang tajalli, melainkan Rahasia Allah itu yang tajalli meliputi jasad. Orang itu tidak bertubuh dunia lagi, sudah bertubuh akhirat: hidup tiada mati-tiada binasa sampai yaumil qiyamah.
Diri tajalli itu Rahasia Tuhan Yang Mahakuasa. Jalan tajalli itu ada di dalam diam. Lakukanlah diam sediam-diamnya. Bagaimana mau "lenyap" kepada Allah kalau masih keadaan makhluk saja yang ada. Bahkan ada yang melihat-Nya berupa macam-macam, berupa jirim, jisim, jawhar, dan `aradh. Itu keadaan makhluk! Semua itu bukan Tuhan!
Hakikat Muhammad itu tubuh orang Islam. Matilah dalam Islam. Kenalilah hakikat Muhammad agar dunia-akhirat kamu Islam. Muhammad itu tubuh yang selamat. Maka Islam itu maknanya selamat.
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلاً۬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. al-Israa: 85)
Perlu Sobat ketahui bahwa sebagian besar isi kitab suci al-Quran itu merupakan contoh kasus atas segala sisi yang terjadi dalam kehidupan. Jadi, ketika Allah Swt. pernah berfirman,"Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu"(al-Maidah: 3), yakinkan diri Anda bahwa semua sudah ada penjelasannya dalam Quran dan Sunnah. Yakinkan bahwa Quran memiliki penjelasan untuk segala hal; semua contoh kasus yang menyangkut kehidupan insan, termasuk dalam hubungannya dengan yang gaib. {Anda yakin Quran sama sekali tidak memberikan petunjuk untuk menanggapi hal-hal "baru" seperti kloning, UFO, Alien, dan misteri alam lainnya?}
Yang membedakan kitab suci dengan selainnya adalah fakta empiris bahwa isi kitab suci itu bisa dipakai untuk menjelaskan segala hal, baik secara terpisah ayat per ayat (secara bertanggung jawab), maupun dikaitkan dengan kasus ketika ayat tersebut diturunkan. Kalau yang bukan kitab suci, paling-paling hanya bisa dipakai menjelaskan satu atau beberapa hal secara parsial. Nah, salah satu contoh kasus itu kita hadapi sekarang. Frasa "contoh kasus" ini kalau kita bawa ke ranah ilmu Quran, disebut sebab turunnya ayat (asbaabun nuzul).
Asbaabun Nuzul Surat al-Israa ayat ke-85
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan, bahwa aku berjalan bersama dengan Nabi saw. di Madinah, sedangkan beliau bersandar pada sekedup kendaraannya. Maka kami bersua dengan segolongan orang-orang Yahudi. Lalu sebagian dari mereka berkata, "Bagaimana kalau kalian tanyakan kepadanya?" Maka berkatalah mereka, "Ceritakanlah tentang roh kepada kami." Maka Nabi saw. bangkit sesaat seraya mendongakkan kepalanya, aku mengetahui bahwa saat itu ada wahyu yang turun kepadanya, dan ketika wahyu telah usai kemudian Nabi saw. bersabda membacakan firman-Nya, "Roh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Q.S. Al-Isra 85).
Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, "Ajarkanlah kepada kami sesuatu yang akan kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad saw.)." Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada mereka, "Tanyakanlah kepadanya tentang roh," lalu orang-orang Quraisy itu menanyakannya kepada Nabi saw. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah! 'Roh itu termasuk urusan Rabbku.'.." (Q.S. Al-Isra 85).
Ibnu Katsir mengatakan, kedua hadis ini dapat dihimpunkan dengan berbagai peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat ini. Demikian pula Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan hal yang sama. Atau dapat diartikan sewaktu Nabi saw. diam setelah ditanya oleh orang-orang Yahudi, bahwa hal itu dimaksud untuk memperoleh tambahan penjelasan mengenainya. Dan jika tidak demikian keadaannya, maka hadis yang tertera dalam kitab sahih adalah hadis yang lebih sahih. Dan pula hadis sahih diperkuat pula dengan suatu kenyataan, bahwa perawinya yaitu Abdullah bin Masud, turut hadir menyaksikan kisah turunnya ayat ini, berbeda dengan Ibnu Abbas r.a.
Mari kita iqra lebih dalam data di atas. Hal yang perlu diperhatikan adalah poin penting ini.
"Siapa yang bertanya pada Rasulullah saw. soal ruh?"
Jawabnya: kaum Yahudi.
"Jadi, kepada siapa ayat tersebut Allah tujukan?"
Jawabnya: kaum Yahudi.
Nah, jadi yang tidak diberi pengetahuan soal Ruh, kecuali hanya sedikit itu, ya bangsa Yahudi, bukan Nabi Muhammad Saw. dan umat beliau! Argumen tersebut bukan tanpa dasar.
Saudaraku sekalian, Allah itu Esa, demikian juga dengan ilmu-Nya, segala sesuatu terhubung satu dengan lainnya Demikian juga kandungan al-Quran al-Karim. Jika sudah memahami tauhid meski baru sebatas ilmu, insyaAllah Anda akan terbiasa dengan pengesaan. Anda akan melihat isi Quran itu saling berkaitan. Lalu makna hadis berkaitan dengan ayat Quran, lalu dunia dan segala isinya terpandang sebagai sebuah wujud keesaan. Bukan karena kecerdasan kita, melainkan karena Allah berkehendak menunjuki.
"Dan bagi orang-orang bersungguh-sungguh menuju Kami, sungguh Kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami" (al-Ankabut: 69).
Yahudi Ingkar dan Materialisme
Ya, Quran mencatat bangsa ini merupakan bangsa pertama yang mengingkari adanya yang gaib. Berikut ini detail kematerialistisan mereka.
BANGSA YANG PERTAMA MENGINGKARI SIFAT GAIB DAN BERPAHAM MATERIALISME
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:.55-56) “Dan ingatlah ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan jelas, maka kamu disambar petir sedang kamu menyaksikannya. Kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah kematianmu supaya kamu bersyukur."
Bangsa Yahudi yang dipilih oleh Nabi Musa untuk menyertainya 'pergi ke bukit Tursina ketika Musa kembali kepada mereka yang tiba-tiba didapatinya telah menyembah patung anak sapi dengan penuh keingkaran dan kesombongan berkata kepada Musa: "Kami tidak akan sudi mengakui kebenaran ucapanmu, bahwa Kitab Suci yang engkau bawa itu dari Allah, dan engkau telah mendengar firman-Nya serta Allah menyuruh supaya menerima dan mengamalkan Kitab suci-Nya sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan mata kepala sendiri."
Ucapan Kaum Yahudi kepada Nabi Musa sebenarnya hanyalah sebagai alasan yang dicari-cari, supaya perbuatannya menyembah patung anak sapi dapat dimaklumi oleh Nabi Musa as. Namun karena kedurhakaan dan kecongkakan mereka yang sangat keterlaluan ini mengakibatkan mereka binasa disambar petir. Orang-orang Yahudi yang masih taat kepada Nabi Musa selamat dari bencana ini.
Di dalam Taurat disebutkan, bahwa sebagian dari orang-orang Yahudi yang mengikuti Musa berkata, "Mengapa Allah hanya khusus berbicara ke pada Musa dan Harun saja, tetapi tidak berbicara kepada kita! Maka tersebarlah hal ini kepada Bani Israil seluruhnya, lalu mereka bertanya kepada Musa sesudah kematian Harun, "Sesungguhnya nikmat Allah kepada Bangsa Israil adalah karena Ibrahim dan Ishak. Lalu mencakup seluruh bangsa ini. Sedangkan engkau tidak lebih baik daripada Ibrahim. Karena itu engkau tidak berhak menguasai kami tanpa adanya keistimewaan. Dan kami tidak akan percaya kepadamu sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan nyata."
Lalu mereka dibawa Musa ke suatu tempat perkemahan tertentu,. Tiba-tiba bumi terbelah dan menelan sebagian dari mereka dan dari jurusan lain datang api, lalu menyambar sisanya. Bangsa Yahudi yang sama sekali tidak mau menggunakan akal sehatnya, tetapi hanya menurutkan bisikan setan adalah suatu kaum yang sungguh sungguh berwatak materialis. Walaupun mereka telah terpenuhi permintaan-permintaannya kepada Nabi Musa berupa mendapat makanan yang turun dari langit ataupun musibah sebagai bukti yang terjadi di hadapan mereka sendiri akibat kedurhakaan mereka sendiri, tetapi mereka tetap ingkar kepada seruan dan ajakan tauhid.
Di bawah pimpinan Nabi Musa, Bangsa Yahudi telah memperlihatkan sikap kejahilan yang tak ada taranya. Karena mereka meminta kepada Musa agar dapat melihat Allah dengan mata dan kepala sendiri. Sungguh tak ada golongan manusia di permukaan bumi ini yang watak materialis dan pandangan materialisnya seperti bangsa Yahudi. Karena itu tidaklah mengherankan kalau bangsa Yahudi merupakan pionir dari semua pandangan sesat seluruh jagat ini.
(Sumber: 76 Karakter Yahudi dalam Quran Penyusun: Drs. M. Thalib |Cetakan Pertama: April 1989 Penerbit: CV PUSTAKA MANTIQ)
Bagaimana tidak, Allah sudah membelahkan Laut Merah untuk menyelamatkan mereka dari cengkeraman Firaun Amnahotab III (al-Baqarah: 49), "mewakafkan" satu wilayah Bumi khusus untuk mereka, bahkan memerintah awan untuk menaungi mereka selama perjalanan serta memberikan sumber makanan langsung dari sisi Allah (al-Baqarah: 57). Tapi, mereka tetap saja bersikap sebagai makhluk paling kufur nikmat sekolong langit (al-Baqarah: 61). Itulah ketetapan Allah: "pelit" ilmu soal yang gaib (dalam hal ini Ruh) pada mereka.
Dengan pemahaman seperti ini, tidak seorang pun bisa menyalahkan jika ada literatur yang memberi anotasi pada terjemahan ayat 85 surat al-Israa.
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلاً۬
Dan mereka (orang Yahudi) bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah (kepada mereka): "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. al-Israa: 85)
Ruh, Isra Mikraj, dan Teknologi
Lalu, apa buktinya Nabi Muhammad Saw. dikaruniai Allah pengetahuan tentang Ruh? Ibadah salat lima waktu adalah salah satu buktinya. Ketahuilah Sobat, perjalanan Isra Mikraj tidak akan pernah terjadi tanpa pengetahuan mengenai Ruh. Teknologi manusia hingga kini belum bisa membuktikan secara ilmiah bagaimana mungkin perjalanan itu bisa terjadi, tetapi sudah banyak arif billah yang membuktikannya langsung secara empiris. Artinya mengalami langsung! Bagaimana mungkin manusia bukan nabi dan rasul bisa melakukan napak tilas Isra Mikraj? Buka al-Kahfi ayat terakhir. Itu dasar hukumnya.
Ini juga bukti bahwa teknologi manusia itu masih ketinggalan jauh dibandingkan dengan ilmu al-Quran. Jadi jika ada fenomena yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah, bukan Quran-nya yang tidak ilmiah. Pencapaian teknologi manusianyalah yang masih primitif dan terbelakang.
-Arifbillah-
No comments:
Post a Comment