Rasa di dalam rasa. Yang di dalam rasa itulah yang merasa. Yang di dalam rasa itulah yang dikatakan “perasaannya perasaan”.
Sedikit sekali orang yang mau mengetahu tentang rasa. Rasa itu sirr. Yang di dalam sirr itu Rahasia Tuhan yang disematkan pada ruh yang ditiupkan-Nya pada jasad Adam.
Rasa-lah yang mengetahui manis, asin, pahit, kesat, dan lain-lain. Bukan lidah yang merasakan manis, asin, pahit atau kesat itu. Karena dihubungi oleh rasa (sirr) itulah maka jasad dapat merasa.
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Islam itu diturunkan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak yang utama, tentu ber-adab di hadirat Allah, bukan ber-adab di hadapan manusia. Akhlaqul karimah yang utama itu ber-adab di hadirat Allah, bukan ber-adab di hadapan manusia hanya agar tetap dikata orang saleh, orang sabar, orang zuhud, orang tawadhu, orang berakhlak. Maka dalam hubungannya dengan rasa, utamakanlah rasa ini terhubung terus dengan Allah. Bukan dengan akhlak!
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Apa yang diketahui oleh rasa, kebenarannya jangan dibelokkan oleh mulut. Dengan sirr kamu mengetahui letak kelalaian seorang saleh, jangan lalu kamu membenarkan pikiran dan pendapat orang itu hanya sekadar menjaga akhlak. Itu namanya kamu ber-adab di hadapan manusia, tetapi tidak ber-adab di hadirat Allah. Orang yang tidak sama hati dengan mulutnya itulah dikatakan munafik. Orang yang menerima kebenaran di hatinya, tetapi jasadnya menampik karena gengsi, itulah dikatakan fasik.
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Kamu bersedekah, di mulut berkata, “Terimalah”, tetapi di hati ada perasaan “setengah hati”. Dapatkah dikatakan selamat zahir-batin?
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Kamu tahu jasad bergerak mencari nafkah untuk menafkahi itu ibadah, tetapi selama mencari nafkah pikir dan rasamu terarah pada uang dan keuntungan. Dapatkah dikatakan selamat zahir-batin?
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Dalam beribadah, nafsu itu keinginannya terarah pada surga, pahala, dan fadhilah-fadhilah amal. Lupa dengan Pemilik surga, lupa dengan Pemberi pahala dan fadhilah. Dapatkah dikatakan selamat zahir-batin?
Islam itu artinya selamat zahir-batin. Tentulah rasa musti berhubungan terus dengan Allah. Dengan begitu dapatlah kamu merasakan ketuhanan Allah. Kalau merasa terus dengan Allah, mana ada lagi keinginan dengan surga. Maka orang-orang tauhid dalam beribadah tidak ada dengan menginginkan surga. Karena keinginan itu nafsu. Kalau manusia merasa terus dengan Allah. Itulah dikatakan Allah dengan Allah. Oleh sebab itu, rasa musti berhubungan terus dengan Allah. Zahir-batin berhubungan terus dengan Allah, selamatlah. Maka Islam itu selamat.
Jika kamu mengalami kesusahan, kekalkan saja rasa itu pada Allah. Nanti ada petunjuk dan pertolongan dari Allah. InsyaAllah. Zahir-batin berhubungan terus dengan Allah, selamatlah. Maka Islam itu selamat.
Sedikit orang yang mengetahui bahwa ruh-lah yang mengetahui Tuhan. Sedikit orang yang mengetahui bahwa Allah hubungkan ruh itu dengan jasad. Sebab itulah banyak yang berpikir dan merasa bahwa yang bersifat mati (jasad) ini yang hidup. Lupa bahwa yang bersifat hidup (ruh) itulah yang hidup.
Sadarlah hati pada Allah. Siapa yang mengatur berdiri, ruku, dan sujudmu itu? Tentulah Allah. Kalau kita merasa ada kemampuan diri melakukan berdiri, ruku, dan sujud, itulah dikatakan ujub. Rasa ujub ini menghancurkan pahala 80.000 tahun ibadah. Ingat kisah makhluk yang pernah terhormat bernama Azazil.
Maka pengetahuan tauhid ini tidak bisa disepelekan. Inilah pertahanan dunia-akhirat. Yanzuru `ala qulubikum, Allah memandang hati; karena hati itulah yang hubungannya ke alam raib.
Bukan ke alam gaib [alam jin, setan, Iblis].
Untuk dapat merasakan ketuhanan Allah. Hendaklah rasa berhubungan terus dengan Allah. Sampai baqa billah. Inilah caranya merasakan ketuhanan Allah.
Rasa. Di dalam rasa ada rasa. Yang di dalam rasa itulah yang merasa.
Kalau sudah yang di dalam rasa itu yang merasa: Tuhan saja ADA.
-Arifbillah-
No comments:
Post a Comment