Friday, September 18, 2020

Karomah Mama Eyang RendeSang Wali Athfal

SILSILAH

PRABU SILIH WANGI 2 RADEN PAMANAH RASA + NYIMAS TEJAMANTRI NYIMAS RATNA MAYANG SUNDA KENTRING MANIK Kagungan putra 5 :

1. PRABU SURAWISESA JAYA PERKOSA RADEN JAKA MANGUNDRA
PRABU GURU GANTANGAN SURA LAYA DIKUSUMAH JAKA PUSPA ( 1522 - 1535 )
2. RADEN GANTANGAN WANGI MANGKURAT MANGKU NAGARA
3. RADEN GANTANG NAGARA
4. RADEN GANTANG PAKUAN
5. RADEN CEUMEUT RADEN MEUMEUT RADEN AMEUT

1. PRABU SURAWISESA JAYA PERKOSA RADEN JAKA MANGUNDRA
PRABU GURU GANTANGAN SURA LAYA DIKUSUMAH JAKA PUSPA Apuputra :
- PANGERAN SUNTEN JAYA PRABU DEWATA BUANA RATU DEWATA ( 1535-1543M ) Apuputra :
- PRABU RATU SAKTI ( 1543 - 1551 M ) Apuputra :
- PRABU NILAKENDRA ( 1551 - 1567 M ) Apuputra :
- PRABU SEDA PRABU RAGA MULYA SURYAKANCANA PRABU SILIH WANGI VIII
Raja terakhir Pajajaran di Pulasari ( 1567 M - 1579 M ) gelar Pun Hajji Wali Sakti
Hidayatullah ( Eyang Hajji Jaya Pakuan ) Apuputra :

- PRABU LINGGA PAKUAN ( 1580 M ) Apuputra :
- PRABU PANDAAN UKUR PRABU PANANDEAN UKUR ( 1605 M ) Apuputra :
- DIPATI UKUR AGEUNG RADEN WANGSA JAYA ( 1630 M ) Apuputra :
- DIPATI UKUR ANOM RADEN WANGSA TARUNA ( 1587 - 1650 M ) Apuputra :
- DALEM DIPATI AGUNG SURIADINATA DALEM SARADIREJA ( 1610 M ) Apuputra :
- DALEM NATADIREJA NATADIRGA ( SENTAK DULANG ) ( 1630 M ) Apuputra :
- EYANG DALEM MAHMUD ( SYEKH HAJJI ABDUL MANAF ) ( 1650 - 1725 M )
- EYANG SAYYIDI
- EYANG K.H.MUHAMMAD ARIF
- AMA RENDE CIKALONG WETAN K.H.AHMAD ZAKARIA

Nama besar Mama Kiai Ahmad Zakariyya atau lebih dikenal dengan Mama Eyang Rende sebagai penyebar syiar Islam memang sudah terkenal ke mana-mana. Tidak hanya di Jawa Barat, Mama Eyang Rende, juga terkenal di seluruh Indonesia, bahkan di beberapa bagian negara beliau dikenal sebagai ulama dari Tanah Jawa.

Namun lagi-lagi sumber literasi sang penyebar syiar Islam di wilayah Kabupaten Bandung Barat ini secara akurat tidak banyak bisa ditemui.

Belum ada yang mencoba mendokumentasikan kiprahnya dalam menyebarkan agama Islam dalam bentuk tulisan, yang bisa dijadikan sumber referensi sejarah Islam secara akurat. Cerita kemahsyuran beliau hanya didapat dari tradisi lisan di lingkungan keluarganya dari generasi ke generasi.

Mama Eyang Rende dikenal sangat sederhana, karena semasa hidupnya sang Kiyai sudah terbiasa hidup keras. Beliau kerap memakai pakaian yang tak layak pakai (compang-camping) hingga dianggap orang tak berilmu. Padahal Kiayi bergelar wali ini sangatlah cerdas karena memiliki keistimewaan (karomah) yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Petilasan makam sang Wali terdapat di Kampung Rende RT 0102 Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Beliau meninggal pada tahun 1939 sekitar 72 tahun lalu di usia sekitar 97 tahun. Kompleks pemakaman beliau berdekatan dengan rumah beliau yang ditempatinya semasa hidupnya di Kampung Rende.

Haji Dede Muhammad Sirojuddin generasi ke tiga dari Mama Rende menuturkan bahwa sang wali merupakan keturunan Ki Dalem Bandung salah satunya Eyang Dalem Mahmud Syekh Abdul Manaf. Anak kedua dari pasangan Nyimas Abnol dan Mbah Rasipan KH R Arif, ini memiliki kakak laki-laki satu-satunya yakni Muhammad Syamsudin. Pada jaman dulu Mama Rende tinggal di daerah Cigondewah sekarang Kota Bandung bersama keluarganya.

Di masa kecilnya Mama Rende hidup sangat sederhana karena, sejak kecil dirinya sudah ditinggalkan sang ayah dan sang kakak sehingga dirinya menjadi yatim dan hanya tinggal bersama sang ibu. Sejak remaja Mama harus berjuang menghidupi dirinya dan sang ibu Nyimas Abnol dengan berprofesi sebagai tukang aci (tepung tapioka) melanjutkan usaha sang ibu hingga dewasa.

Usaha yang dilakukannya sejak remaja hingga dewasa tersebut tidak kunjung menguntungkan, dirinya kerap mendapat kerugian dalam usaha. Di usia ke 35 tahun Mama mulai berkeinginan belajar agama Islam. Setelah mendapat petunjuk dari Mama Eyang Prabu Marzuki bin Tazimmuddin bin Zainal A'rif (Eyang Agung Mahmud).

"Mama disuruh mengaji untuk pertama kalinya oleh Eyang Prabu Marzuki. Dan akhirnya beliau belajar mengaji dari Mama Cibaduyut setelah mendapat perintah dari Mama Eyang Ibrahim Cipatik almarhum," tutur Dede di kediamannya,Singkat cerita beliau belajar mengaji kepada Muhammad Zarkasyi atau Mama Eyang Cibaduyut, beliau belajar dan membaca semua kitab-kitab yang ada di pesantren. Beliau tidak pernah mampu membeli kitab karena beliau tidak memiliki uang untuk membelinya, namun karena keistimewaannya beliau mampu mengahafal semua kitabnya.

"Semua mazhab (mazhab Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi) beliau pelajari dan semua mazhab beliau amalkan semuanya. Beliau fasih dalam berbahasa arab dan menghafal semua kitabnya," katanya.

Seusai pesantren di Mama Cibaduyut, Mama Rende kemudian bermukim di Cibabat Cikalongwetan untuk menyebarkan syiar Islam dan mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, di pesantren Mama Ajengan Sepuh Cibabat dengan bergelar Ajengan Anom Cibabat. Sebelumnya beliau juga menikahi Umi Siti Syadiah dan dikarunia enam orang anak, lima orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.

"Di Cibabat banyak para ulama dan Kiyai yang mengaji kepada beliau dari mana-mana, hingga muridnya tersebar di Jawa Barat dan seluruh Indonesia," katanya.

Tidak hanya mengaji atau pesantren di Mama Cibaduyut saja, Mama Rende yang memiliki rasa akan keingintahuan yang tinggi ini juga berangkat mengaji ilmu agama ke Mekah Arab Saudi sekaligus menunaikan ibadah haji.

Tidak hanya menuntut ilmu beliau pun terlibat peperangan di negeri Arab sana bahkan beliau mampu mengalahkan ratusan prajurit hingga beliaupun semakin disegani dan dihormati, di tanah Arab serta harum namanya, sebagai ulama dari tanah Jawa.

"Setelah menuntut ilmu di Arab 10 tahun lebih, beliau kembali ke Jawa untuk kembali meleksanakan syiar islam dan menyebarkan ilmunya di daerah Cikalongwetan dan menetap di Kampung Rende sampai beliau wafat di sini," tuturnya.

Sesampainya di Rende Mama menikah kembali dengan Umi Uhe dan dikaruniai seorang anak. Kini ratusan orang dari seluruh Indonesia kerap datang ke Rende untuk mendoakan beliau dengan berziarah ke makam Eyang Mama Rende terlebih di bulan Rajab dan Maulid.

Makam beliau dilindungi pagar baja yang mengelilinginya serta dilindungi dengan bangunan permanen yang dibangun pada tahun 2004. Kemudian dibangun kembali majelis khusus jemaah yang ingin berziarah pada tahun 2011.

Selain makam dan rumah beliau (yang sudah direnovasi) satu-satunya peninggalan yang sangat unik adalah bedug yang berusia sekitar 80-90 tahun. Bedug ini terbuat dari kayu gelondongan berdiameter 60-70 cm dan panjang 190 cm, terbuat dari Kayu Puspa yang sangat kuat tidak mudah keropos sama sekali.

Sementara kulit sapi terpasang apik dengan menggunakan pancuh bambu sehingga terkesan klasik. Meski sudah diganti puluhan kali (kulit) bedug peninggalan Mama Rende ini tetap menyimpan kisah dan menjadi salah satu bukti sejarah.

PERJALAN HIDUPNYA :

Beliau seorang penjual Aci dari usia remaja sampai usia 30 tahun, pada usia 30 tahun beliau terjatuh dari sepeda, kemudian marah dan berkata :” siang malam badan terasa repot terus-terusan membikin aci, sekarang terjatuh dari sepeda ...aah..dari pada repot begini lebih baik mengaji ( mencari ilmu agama saja ) ...kemudian alat pembikin acinya di dibuang oleh beliau, dan pergi mendatangi MAMA EYANG PRABU yakni Eyang MARZUKI bin Ta`zimmuddin bin Zainal A`rif ( Eyang Agung Mahmud ) , sesampainya di tempat Mama Eyang Prabu beliau bukan mengaji malah dikasih kemenyan luban dan disuruh berdzikir di depan makam Mama Eyang Ibrahim yang ada di Cipatik , setelah itu beliau pergi mengunjungi Makam Eyang Ibrahim cipatik , setelah sampai ke makam, kemudian beliau membakar itu kemenyan luban kemudian beliau berdzikir, ditengah-tengah berdikir beliau didatangi seekor macan kumbang , kemudian beliau dijilati dan goda oleh macan kumbangi itu, karena terus-terusan di goda, maka beliau merasa kesal, kemudian menghadapi macan kumbang itu kemudian berkelahi dengan macan kumbang itu, akhirnya beliau kalah oleh macan kumbang itu ,kemudian macan kumbang itu menghilang, sampai beliau tak sadarkan diri, singkat cerita setelah beliau siuman dari tak sadarkan diri kemudian beliau pulang dari cipatik ke cigondewah dan mendatangi MAMA EYANG PRABU lagi , singkat cerita kemudian beliau di suruh mandi dari 7 mata air pancuran : karena beliau terluka bekas cakaran macan kumbang itu , setelah itu barulah beliau mandi :” diwaktu mandi terlihat a oleh beliau dari aliran air pancuran itu banyak ular, kala dan maklukh-makhluk air lainnya, dan terasa oleh beliau melilitnya ular dan berjalannya kala ke badan beliau , beliaupun menahan godaan tersebut, sampai akhirnya luka yang terasa sakit pun hilang seketika itu.

Kemudian beliau bergegas menghadapi Mama Eyang Prabu lagi, lalu Mama Eyang Prabu Menyuruh beliau pergi lagi ke Makam Eyang Ibrahim Cipatik lagi , dan berkata :” Kalau datang lagi macan kumbang itu , janganlah kamu lawan, biarkanlah dia , nanti juga dia akan merasa jemu dan akan pergi sendiri.

Kemudian beliaupun pergi lagi kecipatik dan melaksanakan tugas Mama Eyang Prabu, singkat cerita “di tengah-tengah berdzikirnya, beliau di goda lagi oleh macan kumbang itu,kemudian membiarkannya dijilati dicakar digigit dan di terkam macan kumbang itu, tapi apa yang dirasakan beliau tidak terasa apa-apa , tidak seperti digigit dan cicakar waktu berkelahi,...akhirnya macan kumbang itu merasa jemu dan pergi , tak lama kemudian terlihatlah oleh kedua mata beliau , terbelahnya makam Mama Eyang Cipatik dengan Kuasa Allah Swt. dan keluarlah dari pekuburan itu Mama Eyang Cipatik dan berkata : Wa A`laikum Salam Wr. Wb. Kalau kamu pingin mengaji datangilah cucu saya yang masih hidup dari cihapit yakni Muhammad Zarkasyi ( yakni Ama Eyang Cibaduyut ). Kemudian Mama Eyang Ibrahim Cipatik pun menghilang dari pandangan mata beliau.

Setelah itu lantas beliaupun pulang ke cigondewah , singkat cerita, pada hari esoknya Mama Eyang Prabu sudah ada didepan pintu rumah beliau dan berkata :” Mari kita pergi ke cihapit untuk mendatangi Ama Cibaduyut, maka beliaupun merasa heran dan berkata dalam hati :” Kok ..Mama Eyang prabu tahu ?

Singkat cerita , kemudian beliaupun pergi dengan Mama Eyang ke cihapit, setelah beliau sampai dicihapit , lalu beliau disuruh menghapal dan bertafakkur oleh Ama cibaduyut ,tak lama kemudian beliaupun disuruh bermujahadah, yakni :

- berkholwat
- Melanggengkan wudhu
- Melanggengkan puasa
- Menyedikitkan tidur
- Berdzikir
- dan lain sebagainya

tata cara bermujahadah itu bisa dilihat dalam kitab Roudhotut Tholibin karangan Imam Ghozali RA.

Singkat cerita , setelah melewati 40 hari 40 malam bermujahadah kemudian beliaupun didatangi oleh Nabi Khodir balyanibnil Malkan. Dan diludahinya mulut beliau oleh Nabi Khodir balyanibnil Malkan. Lalu ludah itu ditelannya oleh beliau, dan seketika itu juga beliau langsung fasihah bisa berbahasa arab dan bias mengaji. Lantas Nabi Khodir balyanibnil Malkan berkata :”sebarkanlah ilmu aku ini olehmu...kemudian Nabi Khodir balyanibnil Malkan pun menghilang dari pandangan mata.

Singkat cerita : kemudian mama cibaduyutpun menyuruh beliau bermukim di cibabat untuk menyebarkan ilmu yang dimilikinya karena mama Cibaduyut sudah tahu bahwa beliau telah didatangi Nabi Khodir balyanibnil Malkan, lantas dicibabat beliau menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan bergelar Ajengan Anom Cibabat

Dari cibabat banyak para ulama dan Kiyaihi yang mengaji kepada beliau, dan pada suatu hari para ulama dan kiyaihi yang mengaji kepada beliau tersebut dijegal oleh Mama Sepuh Cibabat dan berkata :”katakan pada Ajengan Anom Cibabat , dilarang mengaji kepada Ajengan Kokorompong ( yakni belum menunaikan rukun islam yang kelima ) , maksud dari mama Cibabat yakni untuk menguji Ajengan Anom Cibabat, maka diceritakannya cerita mama eyang sepuh cibabat kepada ajengan anom cibabat, maka ajengan anom cibabat merasa senang mendengar ceritaan mama eyang sepuh cibabat karena telah mencegah belajar kepada ajengan kokorompong yakni beliau sendiri, kemudian beliaupun berangkat ke Makkah Al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah hajji. Sebelum berangkat ke makkah beliau mendatangi Mama khalifah Mahmud yakni KH.Zaenal ayahnya Mama Tahir Mama adang mahmud, kemudian dikasih doa oleh Mama khalifah Mahmud dan berkata :” kalau kamu merasa terdesak di negara arab , panggilah nama saya : Hai Kang zainal...., begitu katanya.

Setelah itu kemudian ajengan anom cibabat ( mama rende ) berpamitan kepada Mama khalifah Mahmud, kemudian sepulang ke cibabat lagi, sesampainya di rumah beliau, beliaupun membaca doa tersebut dan ternyata doa tersebut ada yang salah menyurut kaidah ilmu nahwu dan shorof, maka ajengan anom cibabat merobah doa tersebut ( karena merasa tahu ilmu nahwu dan shorof ).

Seminggu kemudian beliau pergi melaksanakan ibadah haji bersama 8 orang dari daerah banten salah satunya bernama harud dan elang , sesampainya di tanah arab beliau bertemu dengan perampok, semua jamaah haji yang berangkat ke makkah al-mukarramah pada masa itu selalu dirampok hartanya dan dibunuh orangnya oleh perampok itu, begitu pula dengan ajengan anom cibabat ( mama rende ) beserta rombongannya ikut dirampok, kemudian ajengan anom cibabat mengajaknya bertarung dahulu , katanya : kalau kami kalah baru bisa diambil semua barang-barang kami...kemudian beliaupun berkelahi selama 7 hari tujuh malam melawan itu perampok, karena saking banyaknya perampok pada masa itu, beliau lupa makan,minum dan tidur dengan kekuasaan Allah Swt. karena kelelahan berkelahi dan perampok-perampok itu lari tunggang langgang akhirnya sesudah beres berkelahi beliaupun tertidur , dan keesokan harinya beliau sudah dirantai dan tak berdaya lagi, maka beliaupun membaca doa yang diberi oleh mama kholifah mahmud, dan ternyata doa tersebut tidak ada reaksinya karena sudah dirobah sama beliau sendiri karena merasa tahu ilmu nahwu dan shorof , sedangkan doa yang aslinya sudah terlupakan. Maka menyerahlah ajengan anom cibabat sambil perpikir untuk jalan keluarnya.

Tak lama kemudian datanglah raja perampok itu dan berkata :”mana jagoan dari tanah jawa itu ? yang bernama ahmad zakariya, maka perajurit perampok itu menunjukkan beliau yang lagi di rantai, kemudian raja perampok itu mengeluarkan pisau zambia dari serangkanya , kemudian itu pisau dibuka dari serangkanya kemudian mengeluarkan cahaya dari pisau Zambia itu, maka ajengan anom cibabat ( mama rende ) berkata dalam hati :”waduh celaka...kalau pisau dicabut keluar cahaya, maka orang yang dihunusnya akan mati meskipun tidak tembus oleh senjata apapun. Maka beliau berkata lagi dalam hati :”waduh saya telah berdosa kepada Allah Swt. Karena pernah berkata : kami tidak akan terbunuh sebelum membunuh, maka beliaupun spontan teringat nasihat mama khalifah mahmud sewaktu mengasih doa kepada beliau , yakni kata-kata :”kalau kamu terdesak panggilah nama saya .

Maka sewaktu raja perampok itu mau menghunuskan pisau zambia itu kepada beliau, maka beliaupun berkata :”KANG ZAINAL...sambil berteriak…..maka seketika itu juga raja perampok dan prajuritnya tumbang berjatuhan...dan rantai tersebut terputus seketika itu...
Singkat cerita :” maka beliaupun semakin disegani dan dihormati ,di tanah arab serta harum namanya, karena kehebatannya menaklukan para perampok beserta rajanya begitu juga menaklukkan raja arab pada masa itu.
sewaktu di tanah arab beliau melanjutkan misinya yakni beribadah hajji kemudian setelah menunaikan ibadah hajji beliau berguru ke Syekh Muhammad Mekkah dan bersahabat dengan Syekh Yasin Padang murid Ama Cibaduyut.
Setelah itu syekh muhammad mekkah menyuruhnya kembali ke jawa untuk meleksanakan tugas mulia dari Allah dan Rosul-Nya , maka beliaupun kembali ke pulau jawa dan menyebarkan ilmunya di tanah jawa yakni di daerah cikalong wetan sampai beliau wafat di sana.

KAROMAHNYA :

Beliau diwaktu bermain dengan anak-anak , sama anak-anak ( athfaal ) tersebut disuruh menyetop kereta api, maka beliau shalat 2 rakataan , setelah selesai shalat kemudian rel kereta itu di kasih sepucuk rumput, maka spontan kereta api itu berhenti tidak bisa berjalan, padahal hanya dengan sepucuk rumput, kejadian itu disaksikan sama anak-anak pada masa itu.
Sifat beliau itu seperti sifat anak-anak ( Athfaal ) menurut kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani RA. Kalau ada ahli ilmu yang ahli beramal tapi bersifat seperti anak-anak, maka mereka dari golongan Wali Athfaal.
Dan Sebagian dari Karamahnya lagi kalau ada orang yang digigit ular diwilayah jobong atau di daerah makam mama rende, kemudian berziaroh ke makam mama rende, maka akan sembuh dari gigitan ular dan ularnya akan mati.
Cerita tersebut bersumber dari muridnya yakni Mbah H.Mansur, sewaktu beliau menjadi santri Mama rende, ada seekor ular gibug berwarna hitam yang lagi bertapa di pohon tisu, maka para santri pada lari tidak mau mengaji karena ada ular di pohon tisu dekat jobong tersebut , konon katanya kalau ada bayangan orang yang melewati ular gibug, maka orangnya akan di kejar dan digigit oleh ular gibug tersebut.
Singkat cerita maka mama rende pun membawa pisau lipat dan mendatangi ular tersebut maka ular gibugpun menyerang mama rende maka dikasihkan kaki beliau kepada ular tersebut agar digigit , kemudian ular tersebut menggigit kakinya dan melilit celana komprangnya kemudian ular tersebut mati seketika itu. Lantas lidah ular itu dipotong sama pisau lipat dan dipanggang dengan kayu harupat, kemudian diselipkan diatas kupiah dudukuy kepala beliau untuk membuktikan bahwa beliau ( mama rende ) tidak bersalah, maka pada malam harinya menyerang ribuan ular dari mulai ular satu jengkal sampai yang panjang, dari mulai ular yang kecil sampai ular yang besar dari ular yang berjalan biasa sampai ular yang berjalan terbang, Ternyata ular yang mati itu rajanya jin.
Kemudian ular-ular itu mengajak bermusyawah dengan mama rende, kemudian bersepakat dan berjanji ular-ular tersebut kepada beliau dan berkata ular-ular itu:”kalau kami menggigit dahulu, maka kami akan mati....kemudian ular-ular itu pun kembali ketempatnya masing-masing.
sampai sekarang masih ada buktinya petilasan batasnya yaitu yang dibatasi oleh pohon hanjuang di jobong daerah cikalong wetan dekat makam mama rende.
Sebagian dari Karamahnya lagi : ada santrinya yang bernama mama lurah Jajuly yang ditugasi khusus memerangi para penjudi, para pemabuk dan pemaksiatan lainnya pada masa itu.
Mbah haji mansur menceritakan pada waktu itu di cipatik jam 12 malam , mama rende mengadakan sesajen dan membakar kemenyan didepan kurung ayam, kemudian terdengar suara kokokan ayam dari atas langit, dan terjatuh dari atas langit ke dalam kurung tersebut, maka diambilnya itu ayam jejangkar itu , dan bertanya mbah H.mansur kepada mama rende , kata mbah H.mansur : Ki Ajengan buat apa ayam itu ? maka beliau menjawab :” buat si jajuly , biar tidak kalah mengadu ayam.
maka ayam jejangkar itu di serahkan ke si Jajuly selaku santri beliau, maka setiap hari si jajuly mengadukan ayam jejangkarnya dengan ayam Bangkok para penjudi, semua ayam Bangkok para penjudi kalah sama ayam jangkar jajuly, maka para penjudi pun penasaran dan ingin mengetahui resepnya agar terus-terusan menang , maka para penjudipun berkata :”Hai jajuly apa resepnya ayam jangkar kepunyaan mu bias menang terus ? maka jajuly pun berkata kepada para penjudi itu :” Kalau kamu pingin menang datanglah ke rumah saya ? maka para penjudipun berdatangan kerumahnya, dari mulai satu orang sampai banyak orang dan berkumpul di rumah jajuly.
setelah berkumpul dirumahnya jajuly pun mengajarkan ilmu Aqoid, dan berkata :”kalau ingin berjudi terus-terusan menang kalian harus dekat dengan Allah Swt.
dan harus mengetahui ilmu Aqoid, maka para penjudi itu merasa bingung dan penasaran apa itu ilmu aqoid karena merasa penasaran, maka para penjudi itu mengkaji ilmu Aqoid setelah itu mengkaji ilmu fiqih, akhirnya para penjudi itu berhenti sendiri dari judinya.

Masya Allah. …Maha Kuasa Allah Swt.

sekian dulu dari kami dari mengulas sekilas sejarah mama Rende sang Wali Athfal.

Percayalah para wali itu tidak mati melainkan hidup di alam lain, yakni di sisi Allah-Nya. Para wali hidup begitu pula para Nabi , mereka saling mengunjungi dan mempunyai keperluan seperti orang-orang yang hidup di dunia ini. Dan Puncak perjalanan Para wali adalah awal perjalan bagi para Nabi.

Pesan admin : Jangan Sesekali Mengamalkan Keilmuan Sebelum Meminta Izin Kepada Yg Punya Keilmuan/Mujiz, Karena Resikonya Tinggi/Berbahaya (Diluar Tanggung Jawab Kami)

والسلام عليكم...الفاتحة...

No comments:

Post a Comment